Minggu, 17 November 2013

Jumat, 08 Juli 2011

Allah akan turun ke langit bumi pada setiap malam, ketika malam tinggal sepertiga yang terakhir. Dia berkata, “Mana hamba-Ku yang berdoa, untuk aku kabulkan (doanya)? Mana hamba-Ku yang meminta kepada-Ku, untuk Aku penuhi (permintaannya)? Mana hamba-Ku yang beristighfar, untuk Aku ampuni (dosanya)?.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jumat, 24 Juni 2011

Paguyuban Kesejahteraan Taman Bougenville

Sebuah Paguyuban telah didirikan di kompleks Taman Bougenville Estate. Paguyuban diberi nama PAGUYUBAN KESEJAHTERAAN TAMAN BOUGENVILLE disingkat PKTB.
Tujuan didirikannya paguyuban ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petugas-petugas yang mengabdikan dirinya untuk perumahan ini. Di samping memudahkan tugas pengurus RW05 dalam menangani kebtuhan pegawainya, sekaligus memenuhi seruan pemerintah dalam hal ini Walikota Bekasi yang berkeinginan menjadikan Bekasi sebagai kota Koperasi.
Jadi, paguyuban diirkan untuk mengawali terbentuknya sabuah Koperasi yang permanen dan berbadan hukum dan dikelola secara profesional.
Ketua RW05 Bpk Zulfan Lubis, SE, MBA mendukung sepenuhnya keberadaan paguyuban ini.
Kegiatan pertama yang dijalankan adalah menyelenggarakan Unit Simpan Pinjam.
Sebagai modal awal Pengurs RW mengambil kebijakan dengan mengalokasikan dana sebesar Rp.15.000.000,- sebagai Penyertaan Modal untuk modal awal Paguyuban ini.
Pada saat tulisan ini di turunkan sudah terdaftar sebanyak 49 orang anggota yang terdiri dari seluruh pekerja Taman dan Kebersihan, Satpam, Pegawai Sektretariat, Pegawai masjid Rhaudhatul Jannah dan para pengurus yang otomatis harus menjadi anggota Paguyuban.
Pengurus mengajak seluruh warga yang bermukim di Perumahan Taman Bougenville dan sekitarnya untuk bersama-sama mendorong aktivitas Paguyuban ini dengan semangat "Kesejahteraan Utk Bersama dan Bersama Untuk Kesejahteraan".
Untuk menjadi anggota paguyuban ini hanya cukup dengan mengisi formulir pendaftaran, menyerahkan foto copy KTP, 2 lembar foto, membayar uang simpanan pokok sebesar Rp.100.000 sekali untuk selama menjadi anggota ditambah dengan Simpanan Wajib sebesar Rp.10.000,- per anggota.
Paguyuban ini berkantor di Sekretariat Bersama RW05 gedung serba guna Perumahan Taman Bougenville.
Untuk periode awal ini Pengurus harian dipercayakan kepada :
1. Bpk Asriel Channy sebagai Ketua Umum
2. Bpk Marihot Siahaan sebagai Sekretaris Umum.
3. Bpk M Sabar Iman sebagai Bendahara Umum.

Dibawah Dewan Pengawas yang diketuai oleh Bpk Santoso DP dengan anggota 1. Bpk Ary Iriawan Gafur 2. Bpk Yushadi.

Dilengkapi pula dengan Dewan Penasehat yaitu Ketua Bpk Zulfan Lubis dengan anggota 1. Bpk Suhada 2. Bpk Indrasto.

InsyaAllah niat baik ini mendapat Ridho Allah SWT dan membawa keberkahan bagi seluruh anggotanya dan masyarakat luas pada umumnya...amin.


asriel.

Selasa, 07 Juni 2011

Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Raudhatul Jannah

Susunan Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid Raudhatul Jannah (DKMRJ)
Priode 2011 - 2014


Kamis, 09 Juli 2009

Bijaksana, Memaafkan, Ramah, dan Dengki

Sikap Bijaksana, Memaafkan, Ramah, dan Dengki.

Keistimewaan Bersikap Bijak (al-Hilm)

Sikap bijak yang alami menjadi tanda kesempurnaan akal dan kemampuan seseorang untuk mengatasi gejolak amarah dibawah kendali akalnya. Sikap bijak alami ini dapat dimiliki manusia dengan menempuh langkah awal berupa pembiasaan diri menjadi bijak sehingga lambat-laun akhirnya menjadi benar-benar bijak.
Rasulullah bersabda, ”Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan belajar, sikap bijak diraih dengan pembiasaan diri. Barang siapa yang melatih diri berbuat baik, maka akan diberi, dan barang siapa yang menjauhi kejahatan, maka akan terhindar. [HR.al-haitsami,Majma’az-zawa’id(1/128); al-hindi, kanz al-‘ummal(7/293); Ibn Hajar, Fath al-Badri(1/161); al-Albani, ash-shahihah(242)].
Rasulullah juga bersabda, ”Tuntutlah ilmu dan tuntutlah ketenangan bersama dengan ilmu. Berlemah-lembutlah kepada murid dan guru. Janganlah sekali-kali kalian menjadi ulama sombong sehingga kebodohanmu mengalahkan keilmuanmu [HR.al-Ibn’Adiy,al-Kamil(4/1643); al-Iraqi, al-Mugni’an Haml al-Asfar(3/172)].
Dalam salah satu doanya Rasulullah berkata: “Ya Allah, perkayalah diriku dengan ilmu, hiasilah diriku dengan sikap bijak, muliakanlah diriku dengan takwa, dan perindahlah diriku dengan kesehatan [HR. al – Hindi, Kanz al-‘ummal(3663); as-suyuthi, Jam’u al-jawami’ (9745); Ibnu asy-Syajari, al-Amali (1/48)].
Rasulullah bersabda, “Carilah ketinggian derajat di sisi Allah . “ Para sahabatnya bertanya,” Dengan apa, ya Rasulullah?” Beliau menjawab,” Dengan menyambung tali silaturahmi orang yang telah memutuskan hubungan denganmu, memberi kepada orang yang telah membencimu dan bersikap bijak kepada orang yang tidak mengenalmu [HR. al-Hindi, Kanz al-‘Ummal(21311); Ibn ‘Adiy, al- kKamil(7/2557); al-Iraqi, al-Mugni ‘an Haml al-Asfar(3/172)].
Allah berfirman, “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik”(QS. al-Furqaan25:63) Menurut al-Hasan maksudnya adalah orang-orang bijak itu jika tidak dikenali, mereka tidak bersikap masa bodoh [HR. Ibn Abi Syaibah, al-Mushannaf (7/189); Tafsir al-Qurtubi(13/69); as-Suyuthi, ad-Durr al-Mantsur(6/273)].
Jika orang-orang mencerca dan mengumpatmu , maka bersikap bijaklah kamu karena sikap ini dapat mengantarkanmu kepada keselamatan di dunia dan akhirat. Bentuk keselamatan di dunia berupa, Allah senantiasa menambah karunia–Nya. Sedangkan keselamatan akhirat berupa kita mendapat pahala berlipat ganda. Rasulullah bersabda, ”Jika seseorang mencelamu dengan sesuatu yang diketahuinya tentang dirimu, maka janganlah engkau mencelanya dengan yang ada pada dirinya [HR. Ahmad, al- Musnad (5/63); Ibnu Hibban (2/279); al-Baihaqi, as-Sunan(10/236), al –Mundziri, at-Targhib wa at-Tarhib(3/312)].

Keistimewaan Memaafkan

Memaafkan dapat diilustrasikan seperti kita menggugurkan sesuatu yang menjadi hak kita. Misalnya membebaskan seseorang dari hukuman qishash, membayar harta atau pun denda. Allah berfirman, ”Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. al-A’raf[7]: 199) Dan, ”Dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. al-Baqarah [2]:237)
Rasulullah bersabda, ”demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, ada tiga hal yang aku kuatkan dengan sumpahku, yaitu: bahwa sedekah tidak mengurangi harta sedikit pun, maka bersedekahlah. Seseorang yang memaafkan kedzaliman yang menimpanya hanya karena Allah , pasti akan Allah tambahkan kemulian untuknya pada hari kiamat. Dan seseorang yang tidak mau membuka dirinya untuk menjadi obyek permintaan orang lain , maka Allah pasti akan membuka pintu kemiskinan baginya [HR. Muslim, ash-Shahih (2588/69); at-Tirmidzi, as-Sunan (2325); Ahmad (1/193), al-Mundziri, at-Targhib wa at-Tarhib (1/582); al-Haitsami(3/105); al-Hindi, Kanz al-Kanz al-‘ummam(16983); as-suyuthi, ad-Durr al-Mantsur(1/360)].
Rasulullah bersabda ,”sikap tawadhu’ bisa meninggikan derajat seorang hamba, maka bertawadhu’lah, pasti Allah akan meninggikan derajatmu. Memberi maaf dapat menjadikan seorang hamba bertambah mulia, maka senantiasalah memberi maaf niscaya Allah akan menambah kemulianmu. Sedekah dapat membuat harta semakin berlimpah, maka bersedekahlah niscaya Allah akan mengasihimu [HR. al-Hindi, Kanz al-‘ummam(5719);al-‘Ajluni, Kasyf al-Khafa(1/384)].
Rasulullah bersabda, ”Barang siapa yang mendoakan orang yang mendzaliminya, maka ia telah menang. [HR. at-Tirmidzi, as-sunnan (3552); al-‘Ajuni, Kasyf al-Khafa(2/343)].

Keistimewaan Sikap Ramah

Sikap ramah sangat terpuji dan merupakan buah dari akhlak mulia. Lawan dari sikap ramah adalah sikap kasar dan suka marah. Rasulullah bersabda, ”Barang siapa yang bersikap ramah, maka ia akan diberikan kebaikan dunia dan akhirat. Dan barang siapa yang mengharamkan sikap ramah pada dirinya, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. [HR.Ahmad,al-Musnad(6/159); al-Mundziri, at-Targhib wa at-Tarhib(3/336); al-Haitsami, Majma az-Zawa’id(8/153); al-Albani,ash-Shahihah(519)].
Beliau bersabda, ” Jika Allah mencintai penghuni rumah, maka Ia akan memasukkan sikap ramah kepada mereka [HR.Ahmad, al-Musnad(6/71)].

Tercelanya Sikap Hasud (Dengki)

Sikap hasud adalah buah dari sikap dendam, sedangkan dendam adalah buah dari kemarahan. Rasulullah bersabda, ”sikap hasud dapat menghancurkan kebaikan seperti api membakar kayu bakar”[HR. Ibnu Majah,as-sunan (4210); al-Mundziri, at-Targhib wa at-tarhib(3/547); as-Suyuthi, ad-Durr al Mantsur(6/419)].
Hakikat orang hasud adalah orang yang tidak menyukai (membenci) nikmat Allah yang dikaruniakan kepada saudaranya sehingga ia merasa senang jika nikmat tersebut hilang darinya. Jika ia tidak membenci nikmat dari yang diperoleh saudaranya dan tidak berusaha untuk menghilangkannya, namun ia menginginkan nikmat yang serupa pada dirinya, maka itu disebut ghibthah (iri hati).
Rasulullah bersabda, ”orang mukmin bersikap ghibthah sedangkan orang munafik bersikap hasud “. [Lihat al-Qari,al-Asrar al-Marfu’ah (367); al-Ajluni, Kasyf al- Khafa (2/407); Tafsir al-Qurthubi(20/258)].
Allah berfirman, “sebagian ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari mereka sendiri, setelah nyata bagi meraka kebenaran.” (QS.al –Baqarah [2]:109) Ayat ini mengabarkan tentang kedengkian sebagian besar ahli kitab dimana meraka merasa senang dengan hilangnya nikmat iman (dari orang mukmin).
Dalam ayat lain Allah berfirman, ”dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” (Qs an-Nisa’[4]:32) Maksudnya adalah seseorang dilarang mengharapkan berpindahnya nikmat orang lain kepada dirinya. Sedangkan jika ia berharap Allah menganugrahkan nikmat serupa kepada dirinya, maka itu bukan sikap tercela. Bahkan jika dalam hal agama sikap itu justru terpuji.
Munculnya sikap hasud dikarenakan banyak sebab, di antaranya: permusuhan, congkak, sombong, ’ujub, khawatir hilangnya sesuatu yang sangat dicintai, cinta kekuasaan, jiwa yang buruk dan kikir. Semua ini adalah sikap tercela.
Terapinya adalah dengan menyadari bahwa sikap hasud membahayakanmu didunia dan akhirat. Bentuk bahaya didunia adalah kita akan merasa sakit hati dan perasaan ini akan senantiasa menyertai kita siang maupun malam. Adapun bentuk bahaya di akhirat adalah kita akan marah karena nikmat Allah sehingga justru orang yang dihasudi mendapat pahala dan kita mendapat dosa. Jika kita menyadari hal ini, maka jangan biarkan diri kita menjadi teman bagi musuh kita sendiri, berusahalah untuk mencampakkan sifat hasud dari hati.
Diriwayatkan dari al-Hasan secara mauquuf dan marfu’ kepada Nabi, beliau bersabda, ”Ada tiga hal yang terjadi pada seorang Mukmin, dan mengandung jalan keluar, yaitu: sifat hasud, prasangka,dan cemburu. [Al-Iraqi meriwatkan dalam al-Mughni’an Haml al-Asfar(3/148,188)dengan redaksi “Ada tiga sifat yang yang terus-menerus meyerang orang Mukmin,yaitu: sifat hasud,Prasangka,dan cemburu.”Sedangkan Ibnu Taimah dalam al-fatawa (10/126) meriwayatkan dengan redaksi,”Ada tiga hal yang seorang pun tidak dapat selamt darinya yaitu:sifat hasud,prasangka, dan ramalan.”]. Adapun jalan keluar dari sikap hasud adalah dengan tidak mengharapkan.” Wallahu a’alam.

Taman Bougenville, Bekasi, 10-Juni-2009
Disadur dari; IHYA’ ‘ULUMUDDIN – Imam Ghazali
oleh, m anwar sa

Selasa, 30 Juni 2009

Tentang Marah

Allah menciptakan sifat marah dari api dan menyelipkannya ke dalam batin manusia. Ketika manusia dihalang-halangi, api kemarahannya akan menyala dan bergolak dengan sangat panas bagaikan air mendidih, meruntuhkan kekokohan hati, menyebar ke segenap sendi dan naik ke bagian tubuh paling atas (ubun-ubun), seperti naiknya suhu api atau bergejolaknya air yang mendidih. Karena itu, sifat marah dapat membuat warna kulit memerah. Ketika seseorang marah pada orang lain yang tingkatannya berada dibawahnya dan ia merasa mampu untuk mengalahkannya, maka wajahnya akan memerah.
Ketika ia marah pada orang yang posisinya lebih tinggi darinya dan ia merasa takut dan putus asa jika menghadapinya, maka darah yang mengalir dari kulit ke jantung akan menyusut sehingga ia menjadi sedih dan wajahnya akan menguning. Jika ia marah pada orang yang posisinya sederajat, maka frekwensi aliran darah akan berubah-ubah, terkadang menyusut dan terkadang mengalir deras sehingga wajahnya pun terkadang tampak memerah dan terkadang menguning, hingga akhirnya menimbulkan keraguan. Ringkasnya, tempat marah adalah hati. Artinya, mendidihnya darah yang ada dalam hati karena dipicu oleh keinginan balas dendam (yang terkadang tidak terlaksana).

Ada tiga tingkatan manusia yang berkaitan dengan sifat pemarah:

  • Pertama, manusia yang tafrith (serba kekurangan), yaitu manusi yang kehilangan potensi amarah dan emosinya sama sekali (sehingga tidak dapat marah). Manusia semacam ini tercela, dan inilah yang dimaksud dalam ungkapan Imam Syafi’i, ”Barangsiapa yang sengaja dibuat marah, namun tidak marah, maka ia adalah keledai.”
  • Kedua, manusia yang memiliki emosi seimbang, tidak terlalu lemah dan tidak terlalu ekstrim amarahnya. Sifat seperti inilah yang disematkan Allah kepada para sahabat, sebagaimana tersirat dalam firman-NYA,” Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al Fath 48:29)
  • Ketiga, manusia yang ifrath (serba berlebihan), yaitu manusia yang amarahnya melampaui batas sehingga keluar dari kendali akal dan agama. Orang semacam ini tidak dapat berfikir jernih, bahkan terkesan ia speperti orang terpaksa. Kondisi seperti ini tercela. Kita melihat kondisi dzahirnya tampak berubah menjadi buruk, begitu pula dengan kondisi batinnya, lebih buruk lagi.

Sekali waktu Aisyah pernah marah. Lalu Rasulullah bertanya padanya, ”Setanmu telah merasukimu? ” Aisyah balik bertanya, ”Apakah engkau juga punya setan, ya Rasulullah? ” Beliau menjawab, ”Ya, saya juga. Namun saya senantiasa berdoa kepada Allah dan Ia menolongku sehingga akupun selamat dan tidak memerintah kecuali hanya kebaikan. ” Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah tidak pernah marah dalam urusan dunia. Jika ia marah oleh kebenaran (yang dilecehkan), maka tak seorangpun mengenalinya dan berani berdiri karena amarahnya hingga ia memperoleh pertolongan dari Allah.

Sifat pemarah, meskipun sulit untuk dihilangkan secara total, namun bisa diminimalisir dan diperangi, terutama jika tidak berkaitan dengan kebutuhan pokok dalam hidup. Hal ini dapat dilakukan dengan mengakui kehinaan dan kerendahan jiwanya. Ia juga harus tahu bahwa tidak pantas bagi jiwanya merasa tinggi hati dengan kerendahan dan kehinaan yang dimilikinya.

Mengatasi Amarah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

  • Dengan mengenali pahala yang akan ditimpakan Allah kepadanya.
  • Menakut-nakuti dirinya dengan balasan yang akan ditimpakan Allah kepadanya.
  • Mengakui bahwa Allah lebih berkuasa terhadap orang lain ketimbang dirinya.
  • Memperingatkan dirinya akan dampak dari balas dendam yang dilakukan oleh orang yang dimusuhinya karena merasa tersakiti sehingga akhirnya menjadi permusuhan yang berkepanjangan.
  • Membayangkan betapa buruknya penampilan orang lain saat marah, lalu bandingkan dengan dirinya.
  • Memberitahukan kepada dirinya sendiri bahwa ia menyerupai binatang buas yang berbahaya jika sedang marah, namun jika ia berlaku bijak, ia ibarat para nabi dan wali.

Jika kita sudah mengetahui semua hal ini, maka ketika marah, ucapkanlah : Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah. Ketika Aisyah marah, Rasulullah langsung memegang hidungya dan berkata, ”Wahai Uwaisy, bacalah: ” Ya Allah, Rabb Muhammad, sang Nabi, ampunilah dosaku, hilangkanlah amarah hatiku, lindungi aku dari sesatnya.” Bacalah doa ini dan duduklah jika pada saat marah engkau dalam kondisi berdiri, dan berbaringlah jika pada saat marah engkau dalam kondisi duduk.

Rasulullah bersabda, ”Marah adalah (laksana) batu yang dinyalakan dalam hati. Tidakkah kalian melihat menggelembungkan urat leher dan memerahnya kedua mata orang yang sedang marah? Jika salah satu dari kalian mengalami kondisi seperti itu, maka jika sedang berdiri, duduklah dan jika sedang duduk berbaringlah. Jika amarah itu belum hilang juga, maka berwudhulah dengan air dingin dan mandilah karena api tidak dapat dipadamkan kecuali dengan air.

Taman Bougenvile, Jatibening, Bekasi, 02 Juni 2009
Disadur dari Ihya' 'Ulumuddin – Imam Ghazali
oleh m.anwar.sa